Sunday, October 31, 2010

Anak Komputer

Beberapa waktu lalu, film Matrix kembali diputar di televisi. Seperti biasa, anak-anak kos langsung ngariung di ruang tengah. Ada yang nonton karena Keanu-nya, karena nggak ada kerjaan, atau karena emang pengen nonton. Kalau aku sih, emang suka film ini. Selain paling keren dibanding dua yang lain dari rangkaian triloginya, film ini membawa ide yang cukup kreatif dalam membangun konsep cerita.

Habis nonton, anak-anak ramai berceloteh mengungkapkan persepsinya masing-masing tentang Matrix. Namanya juga persepsi, tentu sarat dengan subjektivitas. Hehe, obrolan tentang persepsi ini sebenarnya aku yang menyulut. Habis pengen tahu, sejauh apa anak-anak mengapresiasi film ini.

Buatku, konsep Matrix nyambung sama kuliah Arsitektur Komputer. Analoginya bisa dijelaskan dengan cukup gamblang. Dunia matrix yang digambarkan dalam film merupakan interface antara dunia manusia dan dunia mesin. Dengan kode-kode digital yang melewati kanal-kanal informasi, manusia bisa berinteraksi dengan mesin. Jadi, diagramnya seperti ini: manusia <=> matrix sebagai interface <=> mesin. Nah, lalu Oracle yang dalam film digambarkan sebagai seorang wanita peramal, adalah operating system-nya. Makanya nggak aneh kalau dia serba tahu. Dia kan yang mengatur sistem interface-nya. Lalu, peran God (atau entah siapa disebutnya, pokoknya yang berjanggut dan berpakaian putih-putih) dalam Matrix Revolution bisa dianalogikan sebagai prosesornya, karena dia yang mengawasi, mengetahui, sekaligus memegang kendali seluruh sistem. Jadi selama ini, dalam mengapresiasi trilogi Matrix, aku memandangnya lewat kacamata yang kental dengan nuansa kuliah.

Rupa-rupanya, ada temen yang sependapat denganku. Hanya saja, menurut dia Oracle itu bukan operating system, melainkan data base. Makanya dia serba tahu, karena emang dia bagian yang nyimpen segala informasi. Trus si God itu yang jadi operating system-nya. Dia nggak mungkin jadi prosesor, karena cara kerjanya nggak mutlak. Toh dalam satu adegan, dia memberi kesempatan pada Neo untuk memilih. Aku manggut-manggut. Kayaknya pendapat temenku ini lebih masuk akal daripada versiku. Okelah, aku setuju. Tapi kalau begitu, siapa yang jadi prosesornya? Bagian mana yang menganalogikan si prosesor? Hehe, aku malah jadi bertanya-tanya sendiri, belum bisa menemukan penjelasan yang tepat. Maklum, kuliah sistem mikroprosesor belum lulus-lulus juga nih.

Di tengah perbincangan seru itu, ada juga temen yang garuk-garuk kepala. “Kok kalian mikirnya rumit gitu sih? Aku nggak pernah kepikir yang kayak gitu. Nonton mah nonton aja.” Hehe, namanya juga persepsi. Dalam hal ini, persepsiku cukup dipengaruhi oleh kuliah. Weiss, akhirnya ada juga aura-aura sebagai anak komputer :p

---
Medio Agustus 2005
oleh Yustika
13201137

0 comments:

Post a Comment

 

About

Kontributor kumpulan kisah dalam blog ini adalah Teknik Elektro ITB angkatan 2001. Dengan berbagai latar belakang, beraneka jenis program studi (lihat di "kategori kuliah"), dan pengalaman yang berbeda-beda, sampai detik ini kami masih terus disatukan dalam benang merah kehidupan lewat serangkaian obrolan di dunia maya, milis, maupun beberapa kali kopi darat.

Site Info

Blog ini dibuat sebagai bunga rampai untuk merangkum kisah dan pengalaman yang kadang terurai oleh jarak dan waktu. Sekaligus sebagai memorial dalam menyambut momen satu dasawarsa hadirnya Teknik Elektro ITB angkatan 2001.

Text

antologi kisah teknik elektro ITB 2001 Copyright © 2009 Community is Designed by Bie